YOGYAKARTA (BeritaTrans.com) -Peningkatan transportasi multimoda menjadi salah satu kunci untuk memperkuat investasi di Indonesia.
Menurut Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Transportasi Cris Kuntadi, multimoda yang saling terkoneksi dengan efektif akan berujung pada penurunan biaya logistik yang secara otomatis menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
“Untuk mewujudkan peningkatan ekonomi tersebut Kementerian Perhubungan melakukan program dengan meningkatkan sistem-sistem transportasi yang terintegrasi,” jelas Cris di Yogyakarta, Selasa (13/3/2018).
Cris hadir mewakili Menteri Perhubungan pada Konsolidasi Penerimaan dan Pelaksanaan Penanaman Modal Nasional yang diselenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), memaparkan kondisi kemajuan perhubungan laut saat ini.
Pada tahun 2017 Indeks Daya Saing Global Indonesia meningkat di posisi 36 daripada tahun sebelumnya yang berada pada posisi 41. Peningkatan juga terjadi pada kemudahan berbisnis di Indonesia pada tahun 2017, yakni di peringkat 72 yang sebelumnya berada pada peringkat 91.
“Tahun 2019, Indonesia menargetkan dapat masuk ke 40 besar. BKPM pusat maupun daerah memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan peningkatan tersebut,” tuturnya.
Peningkatan juga terjadi pada produksi peti kemas Indonesia. Pelabuhan Tanjung Priok menduduki peringkat ke 26 dunia dengan total volume peti kemas 5,5 juta TEUs dari total volume peti kemas dunia sebesar 699,7 juta TEUs.
Misalnya PT Pelindo II, pada tahun 2017 terjadi peningkatan produksi peti kemas Indonesia sebanyak tujuh juta TEUs. Penyebabnya adalah banyaknya kapal-kapal raksasa yang sudah bisa bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peningkatan kemudahan berbisnis dan model investasi yang saat ini semakin mudah sehingga semakin tinggi peningkatan peti kemas yang masuk ke Indonesia.
Di sisi lain, Kemenhub juga turut melakukan peningkatan pelayanan melalui peningkatan proses bisnis di pelabuhan secara bertahap.
“Seperti Smart Port System Integration yang saat ini 50% telah berjalan yang didukung dengan implementasi Inaportnet.Inaportnet merupakan sistem atau aplikasi yang melayani semua proses bisnis mulai dari kapal akan datang sampai kapal itu akan keluar dari wilayah pelabuhan,” katanya.
Sebelumnya Presiden sempat mengeluhkan biaya tunggu atau bongkar muat peti kemas di pelabuhan sehingga diharapkan dengan adanya Inaportnet ini penanganan di pelabuhan akan semakin singkat. Sebanyak 16 pelabuhan yang ditargetkan untuk go live Inaportnet pada akhir tahun 2017 telah tercapai.
Dampak dari penggunaan Inaportnet yang dilengkapi dengan sistem penerbitan Delivery Order secara online telah memangkas waktu untuk mengurus barang sebesar 81%. Biaya turunnya bisa sebesar 60% dan sebesar 85% mengurangi waktu tunggu kapal di pelabuhan karena sudah tidak ada lagi antri di loket tetapi sudah melalui sistem online.
Konsistensi pemerintah dalam mewujudkan konektivitas nasional juga diwujudakan melalui sinergi lintas penyebrangan dengan trayek Tol Laut dan Rumah Kita. Cris Kuntadi berharap dapat menyambungkan jalur utama tol yang dimulai dari Belawan-Tanjung Priok-Tanjung Perak-Makassar-Sorong yang dapat dilalui secara rutin dan terjadwal.
“Semula kapal yang biasa tidak bermuatan, berubah menjadi kapal yang berisi muatan karena masyarakat sadar bahwa ada kapal yang secara rutin dan terjadwal akan membawa barang tersebut ke sisi lain Indonesia. Dengan adanya kapal bermuatan besar diharapkan dapat menurunkan biaya logistik laut Indonesia,” ungkap Cris. (omy)
Link: http://beritatrans.com/2018/03/14/interkoneksi-transportasi-dorong-peningkatan-investasi/
Leave a Reply